Senin, 18 Januari 2010

Pantura Diblokir, Warga Tolak PLTU Cirebon

Minggu, 04-Nopember-2007, 13:09:18 Klik: 1649 Kirim-kirim Print version
Beli domain gratis hosting seumur hidup
Cirebon, Indonews -- Ribuan warga Kecamatan Astana Japura, Kabupaten Cirebon, Minggu siang, sekitar pukul 10.30 WIB melakukan aksi ''long march'' dua kilometer sambil memblokir jalur Pantura usai melakukan aksi demo menolak Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di lokasi proyek PLTU di Desa Kanci Kulon, Asjap, Cirebon.

Mereka menolak PLTU selain karena pembebasan lahan masih menyimpan masalah dan belum selesainya dokumen AMDAL, juga karena kekhawatiran munculnya hujan asam jika PLTU beroperasi sehingga bisa mengakibatkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan.

Aksi itu juga menyebabkan aktifitas pengurugan tanah di lokasi proyek berhenti dan belasan dump truk tanah antri di pinggir jalan dan belasan lainnya tertahan di lokasi proyek yang berada di dekat pantai.

Menurut Aan, kordinator aksi, pengembang PLTU yaitu PT Cirebon Elektrik Power (CEP) tidak mempunyai itikad baik untuk mematuhi ketentuan lingkungan hidup dengan memaksakan pengurugan tanah sebelum Dokumen AMDAL diselesaikan, dan tidak melakukan upaya pembebasan secara transparan.

''D ari 303 pemilik tanah ada 208 bidang yang bermasalah yaitu 137 bidang luasannya menjadi berkurang dan 71 bidang lainnya justru bertambah. Ini tidak sesuai hasil pengukuran Ditjen Pajak bersama BPD Kanci Kulon tahun 2004 lalu,'' katanya.

Aan juga ragu dengan klaim PT Cirebon Elektrik Power yang mengaku sudah membebaskan lahan sebesar 55 hektar, padahal kenyataan di lapangan hanya sekitar 30 hektar saja yang sudah dibebaskan.

Aks i long march yang memakan sebagian Jalur Pantura juga diteruskan ke arah Kantor Camat Astana Japura sepanjang empat kilometer dan mereka kembali melakukan orasi di depan kantor kecamatan sekitar 20 menit.

Tidak ada satupun aparat kecamatan yang menemui pengunjuk rasa sehingga pengunjuk rasa yang menamakan dirinya Rakyat Penyelamat Lingkungan (RAPEL) akhirnya kembali ke Desa Kanci Kulon dengan tertib.

Sebelum nya Asisten Direktur PT Cirebon Elektrik Power, W Adjinugroho, selaku investor PLTU Cirebon mengatakan, kekhawatiran masyarakat tentang adanya hujan asam itu terlalu berlebihan karena pihaknya akan menggunakan teknologi super kritikal terkini untuk menekan polusi asap buangan.

''Baha n batubara yang digunakan juga berkualitas baik karena mempunyai kandungan sulfur yang rendah yaitu maksimal 0,2 persen, sementara cerobong buangan mencapai tinggl 290 meter lebih sehingga asap benar-benar terbuang jauh,'' katanya.

Ia menegaskan, mesin uap yang digunakan merupakan mesin baru dengan tingkat emisi gas buang yang rendah dibawah ambang batas yang ditentukan Pemerintah.

Sel ain itu untuk mencegah adanya polusi debu batubara yang berceceran maka dibuat dermaga yang menjorog ke laut sepanjang 1,5 kilometer dengan lebar 90 meter.

''Semua ketentuan untuk menekan dampak lingkungan sudah diperhitungkan secara matang. Nanti kita akan sosialisasikan lagi supaya tidak ada salah persepsi dari masyarakat,'' katanya.

Sepert i diberitakan sebelumnya PT Perusahaan Listrik Negara (PLN Persero) memenangkan konsorsium Marubeni (Jepang), Komipo (Korea), Samtan (Korea) dan Tripatra (Indonesia) secara resmi sebagai pemenang tender pembangunan PLTU Cirebon berkapasitas 660 MW.

Keempat perusahaan tersebut kemudian membentuk konsorsium bernama PT Cirebon Elektrik Power (CEP) yang akan membangun PLTU Cirebon selama 36 sampai 40 bulan sehingga pada kuartal III tahun 2011 sudah bisa beroperasi.

PLT U Cirebon di Kanci Kulon merupakan satu dari 10 proyek pembangkit dengan daya total daya 6.900 MW itu dan merupakan bagian dari program percepatan pembangunan pembangkit 10.000 MW dalam tiga tahun. *** K-ASR/ant

1 komentar:

  1. lagi- lagi saya berada dalam kebingungan apakah saya harus membiarkan pembangunan PLTU di kawasan tempat tinggal saya terus berjalan ..??????????????????????????????????????

    BalasHapus